Sabtu, 03 November 2012

Penjahat Kecil


Masa kecil memang tak berbatas. Segala hal bisa dilakukan tanpa banyak pertimbangan. Aku masih mengingat dengan jelas kenakalan luar biasa itu. Dulu sering ada pemulung yang berkeliaran di sekitar rumah untuk memungut beberapa barang yang bisa dirongsokan. Dengan intensitas yang tak sedikit, hingga aku pun kenal beberapa dari mereka. Umurnya tak jauh denganku, kalau waktu itu aku menginjak kelas 4 SD, mungkin mereka kelas 5 atau 6 SD. Mendengar cerita yang menarik dari mereka, aku tertarik untuk ikutan memulung. Mulai hari itu, diam-diam tanpa sepengetahuan bapak dan ibu, aku mengumpulkan beberapa barang yang bisa dirongsokan. Aku belajar ini dari pemulung-pemulung kecil itu, bahkan hingga harga barang tiap kilonya. 

Penjahat Kecil :P

Pada awalnya aku hanya mengumpulkan beberapa barang yang ada disekitar rumah. Namun lama-lama aku tertarik juga untuk ikut dengan mereka keliling beberapa tempat untuk memulung. Dengan berbekal sebuah karung, setelah pulang sekolah, aku menunggu mereka untuk ikut berkeliling. Menyusuri beberapa tempat pembuangangan yang ada, mengais-ngais mencari barang-barang yang bisa dirongsokan. Kotor, berat, dan sangat melelahkan. Tapi saat itu aku sangat menikmati pekerjaan itu. Hihihihi.. 

Saat sudah sedikit berpengalaman, aku mengajak teman sekelasku untuk ikut mulung juga, dan dia pun tertarik dengan cerita yang aku berikan. Mulai saat itu aku memiliki partner yang baru dan kami mencari jalur-jalur baru agar tak bertabrakan dengan rombongan yang sebelumnya aku ikut bersama mereka. Bersama kawanku yang satu ini, kami berbagi hasil, melebur uang hasil memulung, dan membagi dua sama rata. 

Waktu itu, ada  beberapa barang yang harga jualnya cukup tinggi tiap kilonya, tapi aku lupa tepatnya berapa. Dan tembaga masuk kedalam salah satu daftar barang-barang yang memiliki nilai jual yang tinggi tiap kilonya. 

Suatu hari sepulang sekolah disebuah taman yang tak jauh dari rumah sedang di parkir sebuah mobil bak tua milik tetangga yang sering digunakan untuk mengangkut pasir.  Saat itu aku sedang bermain di taman itu untuk memetik beberapa buah jambu bersama temanku. Kami memakannya diatas mobil bak itu. Sedikit usil, aku mencoba membuka pintu mobil, dan ternyata saat itu pintu mobilnya tidak terkunci. Aku pun main didalam mobil itu layaknya seorang driver. Hehehe..

Aku meliat-liat semua yang ada didalam mobil bak itu, karena mobil tua, dibagian bawah dideket rem, kupling dll, menjuntai banyak kabel yang mengganggu pandangan. Jeng.. jeng.. jeng.. Kabel..?? Saat itu pikiran jahat tiba-tiba saja merasuk. Kabel = tembaga. Anda tau kan apa yang aku pikirkan..?? Yuuuup.. tanpa pikir panjang, aku bergegas pulang mengambil sebuah gunting. Ini adalah kejahatan kami waktu itu. Dengan lugunya, kami memotong kabel-kabel itu dan membawanya pulang. Kami bakar untuk mengambil tembaga yang ada didalamnya. Masih sangat jelas dalam ingatan saya, waktu itu hasil penjualan tembaga hasil dari kejahatan kami adalah tujuh ribu tiga ratus rupiah. Luar biasa sekali bukan..?

Beberapa hari setelah itu, sepulang sekolah, aku melihat mobil bak itu sedang didorong oleh beberapa orang karena sang pemilik merasa kesulitan dalam menyalakan mobilnya, singkatnya mobil itu mogok. Bagaimana tidak, kabel-kabel penghubungnya kami potong dan bawa pulang. Hehehe.. waktu itu rasanya kepengin ketawa, tapi ada rasa takut juga, takut ketahuan. Aku menceritakan hal ini kepada seorang teman yang lain yang juga akrab denganku. 

Pemilik mobil bak tua itu adalah pemilik toko kelontong dimana aku sering membeli wafer favoritku saat itu, wafer tango rasa vanilla. Waktu itu harganya masih tiga ratus lima puluh rupiah lho. Hehehe..
Suatu siang, dengan begitu girang aku lari dari rumah ke toko kelontong itu untuk membeli wafer tango rasa vanilla. Sesampainya, ditempat itu juga, disaat ada beberapa pembeli yang lain juga, dengan memasang wajah angkara murka, aku dimaraih besar-besaran oleh pemilik toko. Beeeeh.. kringat dingin mengucur deras, kaki beergetar sendiri karena merasakan ketakutan yang luar biasa.
*teman dekat yang aku critakan mengenai hal ini lapor kepada pemilik toko atas perbuatanku :(

Hampir sekitar setengah jam lebih aku berdiri kaku mendengar omelan dari pemilik toko, yang juga pemilik mobil bak yang aku potongin kabel-kabelnya untuk dirongsokan. Beruntung saat itu eyang datang untuk membeli lombok, aku menggunakan kesempatan itu untuk kabur dari tempat itu.
Setelah itu hari itu, beberapa hari aku tak berangkat sekolah karena takut untuk keluar rumah, takut bertemu dengan pemilik toko. Aku merasakan dunia saat itu begitu sempit. Terkurung didalam rumah karena sebuah kesalahan yang diperbuat. 

Pengalaman itu menancapkan satu logika baru didalam otaku saat  itu yang masih aku simpan hingga hari ini. Bahwa, 

Mencuri = Kena Marah BESAR, Keringat Dingin, Gemetar, dan Ketakutan.
No More..!! No More..!! NO MORE..!!!

Otak kita di desian untuk mencari nikmat dan menghindari sengsara. Saat bertemu dengan sengsara yang luar biasa terhadap suatu kejadian, kita akan cenderung untuk selalu menghindarinya karena telah terprogram secara otomatis dalam otak kita bahwa suatu kejadian mengandung bahaya.
Pengalaman memang guru yang paling berharga. 

Akan menjadi sebuah keuntungan ketika kita bertemu dengan pengalaman buruk akan perbuatan buruk sehingga kita tak mengulangnya lagi. Namun akan menjadi sedikit masalah ketika itu adalah perbuatan baik seperti mengejar mimpi namun bertemu dengan pengalaman yang buruk. Hal ini lah yang membuat kebanyakan orang berhenti ditengah jalan atau memilih tak kembali sama sekali dan mengambil jalur lain yang berbeda atas mimpi-mimpi sebelumnya. 

Trauma, itu bahasa sederhananya. Orang yang menurutku keren adalah orang yang mampu menaklukan trauma dan kembali meraih mimpi-mimpi baiknya setelah sebelumnya menderita ketakutan yang teramat atas perjalanan dalam meraih mimpi-mimpinya itu. 

“Otak kita di desian untuk mencari nikmat dan menghindari sengsara.”

Semoga bisa mengambil hal-hal positif dari formula sederhana diatas sehingga kita mampu menjadi pribadi yang keren yang bisa menaklukan segala ketakutan dalam meraih hal-hal baik yang kita impikan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar