Pagi ini, Senin 16 April 2012, saya dan teman-teman dari
kelas teknik pengering didampingi oleh dosen pembimbing Pak Engkos dan Pak
Idrus mengunjungi sebuah pabrik pengering gabah yang ada di Cikampek. Tujuan
kami adalah ingin melihat dan mempelajari secara langsung proses pengeringan
yang terjadi sebagai pembanding terhadap materi ajar yang telah dijelaskan
dikelas sehingga kami bisa memahaminya lebih gamblang.
|
pengeringan menggunakan cahaya matahari |
Pengeringan yang digunakan pada pabrik tersebut terbagi
kedalam dua cara, yaitu secara konvensional dan dengan bantuan mesin. Cara
konvensional ini adalah pengeringan menggunakan panas dari matahari. Pengeringan ini merupakan
pengeringan yang sangat sangat diinginkan karena sumber panas tersedia secara
gratis dari alam, minim biaya. Kelemahannya adalah ketersediaan fluktuatif, panas
yang diberikan tidak konstan, tergantung waktu dan cuaca. Pengeringan dengan
sistem ini juga membutuhkan lahan yang luas. Permasalahan utamanya adalah
ketika terjadi perubahan cuaca secara mendadak (hujan mendadak), maka gabah
yang harusnya sudah siap untuk masuk kepada proses selanjutnya, harus tertunda,
karena harus dikeringkan lagi dari awal. Cara yang digunakan untuk mengurangi
kerugian yang terjadi akibat hal tersebut adalah dengan membuat lahan pengeringan
gabah berbentuk gelombang. Hal ini berfungsi untuk memisahkan air dari gabah
dengan sendirinya. Selain itu, bentuk lahan yang bergelombang akan memperluas
permukaan lahan, sehingga jumlah gabah yang dikeringkan bisa semakin banyak.
|
grain dryer |
|
mesin penghasil udara panas |
|
Alat penguji kadar air |
Cara pengeringan yang berikutnya adalah dengan bantuan
mesin. Pengeringan ini menggunakan sistem fluidized bed, yaitu dengan meniupkan
udara panas secara tegak lurus terhadap bahan yang akan dikeringkan. Pada
pabrik ini terdapat dua alat yang
digunakan, namun yang satunya lagi, grain dryer, sedang tidak berfungsi karena
terdapat kerusakan pada beberapa komponennya.
Gabah yang akan dikeringkan diletakan pada suatu
penampungan, dimana dasar dari penampungan tersebut diberikan sebuah sekat
berlubang yang tidak memungkinkan gabah masuk kedalamnya. Dari bahwah sekat
inilah udara panas dialirkan menuju penampungan gabah tersebut sehingga terjadi
proses pengeringan. Berdasarkan laporan dari petugas pabrik, untuk mendapatkan
hasil pengeringan yang diinginkan agar bisa diterima bulog, yaitu gabah dengan
kandungan air minimal 14%, dibutuhkan waktu 24 jam.
|
mesin pengupas sekam gabah |
Setelah selesai dikeringkan,gabah masuk proses selanjutnya,
yaitu proses pengupasan. Pada proses awal, gabah dipisahkan terlebih dahulu
dari kotoran-kotoran seperti rumput dan lain-lain. Kemudian gabah masuk ke
proses pengupasan, pengupasan disini terdiri dari dua tahap. Pada dasarnya
tahap pertama dan tahap kedua memiliki sistem yang sama, tahap kedua hanya
memastikan beras dalam sudah berada dalam keadaan yang bersih terlepas dari
kulitnya.
Berdasarkan penjelasan dari pegawai pabrik, 1 kwintal gabah
basah akan menghasilkan 85 kg gabah kering dan 65 kg beras siap pakai. Pengolahan
dari gabah ini akan menghasilkan lima jenis bahan, yaitu beras, broken, menir,
bekatul/dedek, dan sekam. Broken merupakan beras bersih yang terpecah 2 atau 3
bagian. Pada pabrik ini, broken akan didistribusikan ke pabrik-pabrik tepung. Sementara
menir lebih kecil lagi dari pada broken, menir dan dedek/bekatul digunakan
untuk makanan ternak. Sementara sekam yang merupakan kulit dari beras digunakan
sebagai bahan bakar, pada beberapa pabrik digunakan sebagai campuran batubara. Didalam
mesin, pemisahan dari bahan-bahan yang berbeda ini dengan cara diayak, yaitu
digetarkan. Dimana pada mediumnya dibatasi oleh sekat-sekat berlubang yang
memiliki diameter tertentu. Dengan cara ini, beras akan tertinggal dilapisan
paling atas, begitu seterusnya sampai pada dedek/bekatul yang memiliki diameter
paling kecil.
Konsumsi listrik pada pabrik ini tidak berasal dari PLN,
tetapi mereka memiliki jenset sendiri untuk memenuhi kebutuhan seluruh pabrik.
|
kelas pengering |
|
pak idrus (kiri) dan pak engkos (kanan) |
|
ir. Angga Fauzian |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar