Pengertian
Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran panas.
Jenis Bahan Bakar
Bahan bakar
fosil, seperti : batubara, minyak bumi, dan gas bumi.
Bahan bakar
nuklir, seperti : uranium dan plutonium. Pada bahan bakar nuklir, panas diperoleh dari
hasil reaksi rantai penguraian atom-atom melalui peristiwa radioaktif.
Bahan bakar lain,
seperti : sisa tumbuh-tumbuhan (biomass), minyak nabati (straight vegetable oil),
minyak hewani, biofuel/biodiesel.
Komposisi Bahan Bakar
Bahan bakar umumnya
tersusun dari unsur-unsur :
·
C
(karbon),
·
H
(hidrogen),
·
O (oksigen),
·
N
(nitrogen),
·
S
(belerang),
·
Abu,
dll
Unsur-unsur ini
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
Combustible matter adalah unsur-unsur yang jika terbakar akan menghasilkan panas, unsur-unsur kimia tersebut yaitu, C, H dan S.
Non-combustible matter adalah unsur-unsur lain yang terkandung dalam bahan bakar namun tidak dapat
terbakar, unsur-unsur tersebut yaitu O, N, bahan mineral atau abu dan air.
Sifat-sifat Bahan Bakar
a. Nilai Kalor (Heating Value)
Nilai bakar adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna kilogram atau satu satuan berat bahan bakar
padat atau cair atau satu meter
kubik atau satu satuan
volume bahan bakar gas, pada keadaan standard.
Nilai bakar atas atau “gross heating value” atau “higher heating value”
(HHV) adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat
bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada
tekanan tetap, suhu 25 oC, apabila semua air yang mula-mula berwujud
cair setelah pembakaran mengembun menjadi cair kembali.
Nilai bakar bawah atau “net heating value” atau “lower heating value”
(LHV) adalah panas yang besarnya sama dengan nilai panas atas dikurangi panas
yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang
terbentuk dari pembakaran bahan bakar
b.
Kadar Air di dalam Bahan Bakar (water content)
Air yang
terkandung dalam bahan bakar padat terdiri dari :
·
Kandungan
air internal atau air kristal, yaitu air yang terikat secara kimiawi.
·
Kandungan
air eksternal, yaitu air yang menempel pada permukaan bahan dan terikat secara fisis.
Air dalam
bahan bakar cair merupakan air eksternal, air tersebut berperan sebagai pengganggu. Air dalam
bahan bakar gas merupakan uap air yang bercampur dengan bahan bakar tersebut. Air yang terkandung dalam bahan bakar menyebabkan penurunan mutu bahan
bakar karena :
·
menurunkan
nilai bakar dan memerlukan sejumlah panas untuk penguapan,
·
menurunkan
titik nyala,
·
memperlambat
proses pembakaran,
·
menambah
volume gas buang.
c.
Titik Nyala (Flash Temperature)
Titik nyala adalah
temperatur terendah di mana uap-uap yang terbentuk dari suatu bahan bakar dapat
terbakar apabila diberi sumber panas tanpa bahan tersebut sendiri terbakar
(terbakar sesaat).
d.
Titik Bakar (Combustion / fire point temperature)
Titik bakar adalah temperatur di mana bahan yang dinyalakan akan terbakar
terus menerus apabila diberi sumber panas (biasanya kira-kira 30 – 40 °C lebih
tinggi dari titik nyala).
e.
Titik Sulut (Auto Ignition temperature)
Apabila campuran
bahan bakar dimasukkan kedalam ruang bakar dan secara bertahap dipanasi, maka
akan terbakar dengan sendirinya pada suhu tertentu, suhu ini disebut “self
ignition temperature “ atau titik sulut. Titik sulut adalah suhu terendah di
mana bahan dapat terbakar dengan sendirinya. Biasanya "temperatur
operasi" lebih rendah dari titik sulut suatu bahan yang mudah terbakar .
Contoh : gas alam sekitar 595 ÂșC.
Bahan bakar
|
Flash
point oC
|
Autoignition
oC
|
Methan
|
-188
|
537
|
Ethan
|
-135
|
472
|
Propan
|
-104
|
470
|
Butan
|
-60
|
365
|
n-Oktan
|
10
|
206
|
I - Oktan
|
-12
|
418
|
n-Cetan
|
135
|
205
|
Methanol
|
11
|
385
|
Ethanol
|
12
|
365
|
f.
Viskositas
Viskositas merupakan sifat bahan
bakar (fuel oil) yang sangat penting yaitu memungkinkan bahan bakar tersebut
dapat dipompakan atau tidak (pumpable)
dan mudah dinyalakan atau tidak (flamable).
g.
Sulfur content
Di dalam bahan bakar terdapat
sulfur yang ikut bereaksi pada proses pembakaran dengan reaksi sebagai berikut :
S + O2
---> SO2
2 SO2 + O2 ---> 2 SO3
Selanjutnya SO2 dan SO3 bereaksi dengan uap air (H2O) yang berasal
dari udara pembakaran maupun dari bahan bakarnya sendiri, dengan reaksi sebagai berikut :
SO2 + H2O ---> H2SO3
2 SO2 + O2 ---> 2 SO3
Hasil reaksi tersebut di atas terikut dalam flue gas hasil pembakaran
sehingga mempunyai sifat korosi asam. Namun tingkat korosi flue gas tersebut
tergantung dari :
·
Konsentrasi SO3 dan H2O
·
Temperatur
flue gas di stack,
selalu dijaga lebih tinggi dari dew point
mas mau tanya untuk penulisan rumus kimia di atas atau rumus matematika di entri blog itu caranya gmana ya..???
BalasHapusWaktu itu saya kopas aja dari word kok ke bagian entry yang buat nulis.
Hapus