Minggu, 22 November 2015

Menunggu Karyamu



Apa karya yang akan kamu tinggalkan?

Mungkin tidak banyak orang yang menanyakan hal tersebut pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak, terlalu banyak hal menarik yang dapat dinikmati di dunia ini. 

Memang tak ada salahnya, karena setiap orang berhak menjadi apapun yang mereka inginkan. Namun pernahkah bertanya secara jujur pada diri sendiri, sudah benarkah cara ku melewati hari demi hari? Sudah benarkah sikap dan perilaku ini? Adakah manfaat yang aku tinggalkan untuk diriku sendiri dan dunia ini?

Jika tak terselesaikan, setidaknya dalam perjuangan mewujudkan. Jika belum terlaksanakan, setidaknya sudah diniatkan. Jika tak mampu memikirkan, setidaknya tetap diam dan tak berbuat kerusakan. Tuhan Maha Adil, Dia tak membandingkanmu dengan manusia lain, namun Dia mengukur apa yang telah dianugerahkan dengan apa yang kamu tinggalkan. 

Wahai teman, selama nafas ini masih berhembus, karyamu bukan hanya angan, mimpimu bukan hanya buaian. Apalah kata orang, tak usah dihiraukan, jalankan saja apa yang ada dalam pikiran. Rintangan pastilah ada, namun dengannya kamu menjadi manusia yang lebih berharga. 

Iyaa.. kami masih menunggumu. Bergegaslah kawan!

Sabtu, 05 September 2015

Morning Thought

Setiap orang yang kita temui, baik yang disuka ataupun tidak, pada hakekatnya hanyalah perantara. Apapun hubungan itu, pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan masing-masing.

Kita tak lebih dari seonggok daging yang memiliki banyak keterbatasan. Rasanya sangat tak pantas untuk berjalan dengan menengadahkan kepala keatas. Entahlah, setinggi apa yang dimengerti, atau karena tak memahami apapun tentang semua ini.

Bahkan dengan segala kebaikan yang dihimpun tiap waktu, rasanya masih tak cukup untuk sekedar membayar satu detakan jantung yang bahkan kita tak menyadari berapa jumlah yang diberi dalam satu hari.

Lantas dari mana datangnya perkataan aneh seperti "menjelek-jelekan orang lain"? Apakah karena memiliki jaminan, dia tak kan pernah membutuhkan mereka yang ia jelek-jelakan di masa yang akan datang? Atau karena dia adalah pribadi yang tak mempermasalahkan untuk menjilat kembali ludahnya yang telah ia buang?

Jika mau memikirkan secara mendalam. Maka sabar adalah kebaikan saat bertemu dengan orang yang tak disuka, dan syukur adalah kebaikan saat bertemu dengan orang yang dicinta. Tak perlu takut tertindas, jika tak membalas. Kalau memang pantas, Tuhan memiliki nikmat yang tak terbatas.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Kesalahan menjadi Pengalaman



Manusia terlalu unik untuk di generalisasi. Bahkan untuk perkara yang jelas-jelas sama, bisa jadi setiap orang memiliki pandangan yang berbeda.


Bayang-bayang yang tergambar dibenaknya terbetuk dari ilmu dan pengalaman yang sudah dipelajari. Mungkin kita sering merasa heran dengan jalan pikiran orang lain, tingkah laku mereka, ataupun kesimpulan yang meraka ambil dari setiap kejadian yang mereka hadapi. 

Orang bijak tentunya tak akan tergesa-gesa mengeluarkan kata dari mulutnya. 

Hanya karena alasan tak suka, tak sepantasnya membeberkan kejelekan orang keseluruh penjuru dunia. Apalagi jika penilaian itu hanya sekedar dugaan saja. Sesempit itu kah cara menyikapi ketidaksukaan? 

Manusia bukan Dewa yang bisa menyenangkan siapa saja. Dibalik jutaan kejelekan yang ada, dia memiliki sesuatu yang menarik. Ucapkanlah kata-kata yang baik, maka dia akan menjadi pribadi yang asyik. 

Di tengah hujan lebat, bukan tak mungkin ada matahari. Kamu hanya perlu menggambarnya untuk membuatnya ada. Di setiap kejadian yang pahit, bukan berarti tak ada sisi yang baik. Kamu hanya perlu mengubahnya dari ”Sebuah Kesalahan” menjadi “Sebuah Pengalaman”.   

Rabu, 05 Agustus 2015

Memilih dan Bertahan



Saat orang lain mencari yang terbaik, biarlah hati ini tetap teguh mempertahankan dengan cara yang terbaik. Saat orang lain mencari kecocokan, biarlah hati ini belajar sabar menghadapi perbedaan.

Jika yang menjadi sudut pandang adalah bagaimana diri ini merasa nyaman, rasanya tak kan pernah cukup. Tapi jika yang dipahami adalah bagaimana mempertanggungjawabkan setiap hal yang dilewati, rasa syukur akan selalu menjadi pendamai didalam hati. 

Karena konsekuensi memilih tak hanya berlaku disisi yang menyenangkan, dalam badai ombak sekalipun , harus tetap bertahan. 

Selasa, 17 Februari 2015

Tak Selamanya




Kepemilikan ini tak selamanya, maka sayang-sayanglah selagi ada. Seperti keberadaan ini pun ada batasnya, maka jagalah baik-baik sebelum ia hilang entah kemana.

Hidup datang dan pergi begitu saja. Tak pernah bercerita kapan berjumpa dan dimana dia akan sirna.


Mengambil kesengan tidak disalahkan, namun berbagi kebahagiaan akan lebih ditinggikan. Membalas pukulan pun tak menyalahi aturan, namun menahan energinya dalam-dalam sebagai pemicu loncatan di titik tertinggi agaknya akan lebih memberikan arti.


Dunia ini tak sebaik indukmu, yang apapun bentukmu, ia akan menangis jika kehilanganmu. Dunia ini tak diisi dengan satu kepala, jika kamu tak memberikan nilai guna, keberadaanmu tak akan dianggapnya. Jatuh pun siapa peduli. Bisa kembali bangkit sepenuhnya adalah kehendak pribadi.


Pendukung tak selalu ada, karena mereka pun sibuk memikirkan nasibnya. Lalu jika tak memperkuat diri sendiri, sampai sejauh mana kamu akan mampu berdiri? Memilih menyerah? Silahkan saja! Toh kamu mati pun masih ada jutaan pengganti yang sudah mengantri.