Sabtu, 20 Oktober 2012

untuk Eyang


Eyang.. cucukmu sekarang sudah besar. Sudah lama sekali rasanya tidak mendengar dongeng-dongeng dari negri anta brantang dan beberapa tebak-tebakan yang selalu engkau ulang hingga aku hafal. Tak pernah merasa bosan, bahkan kebahagiaan semakin bertambah karena aku merasa lebih pintar bisa menjawab dengan lebih cepat . 

 Engkau selalu melarangku minum kopi karena bikin kecanduan dan tidak baik buat anak kecil sepertiku waktu itu. Tapi diam-diam aku meminum kopi yang eyang buat, dan dampaknya.. Yup.. sekarang aku jadi pecandu kopi eyang. Maaf yaaa… hehehe..

Pelajaran pertama memasak, aku belajar darimu, hingga bisa memenangkan lomba masak di SD ku waktu itu. Aku selalu memperhatikan bagaimana engkau memotong bawang merah dan lombok dengan sangat cepat, dan aku selalu pun ikut-ikutan, sampai-sampai tangan yang kepotong. Eyang.. kalau masih ada, aku pasti bakalan pamer, kemarin waktu datang ke warung tetangga depan pondok dimana sekarang aku tinggal, kebetulan penjualnya nenek-nenek juga, beliau sedang memotong bawang merah, aku ikut nimbrung dan ngebantu motongin dah, hehehe.. Dan aku dapat pujian eyang, katanya hasil potongannya bagus. Jelaaaas.. cucuknya siapa dulu, eyang Tutur tercinta. 

“Tempe lagi tempe lagi”, komplainku waktu itu. Karena eyang emang hobi banget kalau masak tempe. Bahkan rasanya masih ada di lidah sampai hari ini. Eyang pernah membocoriku sebuah rahasia besar tentang bagaimana caranya agar tempe menjadi makanan yang selalu enak untuk dimakan. Siang itu ketika aku libur sekolah, beliau mengajaku ngantar bekal ke sawah buat para petani yang sedang bekerja. 

“Sana ikut bantu bapak-bapaknya yang lagi pada kerja!”, begitu katanya. 

Jeng.. jeng.. ternyata rahasia makan tempe biar selalu enak adalah di makan setelah bekerja keras di sawah dalam kondisi yang sangat lapar. Hehehe.. Suasana saat itu sangat mendukung, begitu terik namun kami berteduh, angin sepoi-sepoi di tengah sawah dan pemandangan yang luas dibumbui lelucon-lelucon dari para petani, dan yang tak kalah adalah bau asap hasil pembakaran tumpukan pohon padi yang udah diambil padinya. Asapnya melambung menari-nari. Sempurna. 

Sepulang dari taman kanak-kanak adalah saat bagi eyang buat membeli minyak untuk kebutuhan pabrik kecil didekat rumah waktu itu, dan eyang tidak akan pergi ke tempat tukang minyak itu sebelum aku balik dari sekolah, karena akan terjadi kegegeran yang luar biasa yang akan saya buat, hahaha.. kenakalan ini menjadi cerita yang sangat menarik ketika aku ceritakan kembali kepada kawan-kawanku eyang, hehehe..

Emmmm.. Aku ingat sekali waktu itu, engkau meninggalkan pesan untukku, yang saat itu aku benar-benar tak paham apa itu, aku hanya mencoba mengingat redaksi dari kalimat itu tanpa tahu artinya. 

“Besok kalau besar, jadi insinyur ya biar keren kayak Bung Karno..”

Tempatnya para calon insinyur belajar

Aku hampir menyelesaikan studi keinsinyuranku eyang. Entahlah.. apakah ini sebuah kebetulan atau apapun itu, yang jelas tanpa aku sadari ternyata aku memilih apa yang menjadi harapanmu saat itu, meski dulu saat memilih aku tak ingat jika engkau berpesan demikian. Hehehe..

Pengumuman Beasiswa Fast Track



Angga Fauzian = Angga yang Beruntung :)



Eyaaang.. meski tak tersampaikan, aku ingin berkata. Bahwa aku bisa melampaui apa yang eyang harapkan. Aku mendapat kesempatan untuk belajar lebih tinggi lagi. Aku mendapat beasiswa untuk mendapatkan gelar magister, lebih tinggi dari insinyur ini eyang. Jadi aku bisa lebih keren dari Bung Karno dong?? Hehehe.. 


Atas segala cerita dan pelajaran, aku mengucapkan banyak terimakasih. Karena semua itu telah membentuk sebuah acuan didalam diriku tentang bagaimana aku harus memilih, bersikap, dan bertindak. Jika engkau ada hari ini, pasti akan ada banyak cerita yang aku critakan. 

Angga Kecil dan Eyang

Semoga selalu tenang dalam lindungan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar