Eyang.. cucukmu sekarang sudah besar. Sudah lama sekali
rasanya tidak mendengar dongeng-dongeng dari negri anta brantang dan beberapa
tebak-tebakan yang selalu engkau ulang hingga aku hafal. Tak pernah merasa
bosan, bahkan kebahagiaan semakin bertambah karena aku merasa lebih pintar bisa
menjawab dengan lebih cepat .
Engkau selalu
melarangku minum kopi karena bikin kecanduan dan tidak baik buat anak kecil
sepertiku waktu itu. Tapi diam-diam aku meminum kopi yang eyang buat, dan
dampaknya.. Yup.. sekarang aku jadi pecandu kopi eyang. Maaf yaaa… hehehe..
Pelajaran pertama memasak, aku belajar darimu, hingga bisa
memenangkan lomba masak di SD ku waktu itu. Aku selalu memperhatikan bagaimana
engkau memotong bawang merah dan lombok dengan sangat cepat, dan aku selalu pun
ikut-ikutan, sampai-sampai tangan yang kepotong. Eyang.. kalau masih ada, aku
pasti bakalan pamer, kemarin waktu datang ke warung tetangga depan pondok
dimana sekarang aku tinggal, kebetulan penjualnya nenek-nenek juga, beliau
sedang memotong bawang merah, aku ikut nimbrung dan ngebantu motongin dah,
hehehe.. Dan aku dapat pujian eyang, katanya hasil potongannya bagus. Jelaaaas..
cucuknya siapa dulu, eyang Tutur tercinta.
“Tempe lagi tempe lagi”, komplainku waktu itu. Karena eyang
emang hobi banget kalau masak tempe. Bahkan rasanya masih ada di lidah sampai
hari ini. Eyang pernah membocoriku sebuah rahasia besar tentang bagaimana
caranya agar tempe menjadi makanan yang selalu enak untuk dimakan. Siang itu
ketika aku libur sekolah, beliau mengajaku ngantar bekal ke sawah buat para
petani yang sedang bekerja.
“Sana ikut bantu bapak-bapaknya yang lagi pada kerja!”, begitu
katanya.
Jeng.. jeng.. ternyata rahasia makan tempe biar selalu enak
adalah di makan setelah bekerja keras di sawah dalam kondisi yang sangat lapar.
Hehehe.. Suasana saat itu sangat mendukung, begitu terik namun kami berteduh, angin
sepoi-sepoi di tengah sawah dan pemandangan yang luas dibumbui lelucon-lelucon
dari para petani, dan yang tak kalah adalah bau asap hasil pembakaran tumpukan
pohon padi yang udah diambil padinya. Asapnya melambung menari-nari. Sempurna.
Sepulang dari taman kanak-kanak adalah saat bagi eyang buat
membeli minyak untuk kebutuhan pabrik kecil didekat rumah waktu itu, dan eyang
tidak akan pergi ke tempat tukang minyak itu sebelum aku balik dari sekolah,
karena akan terjadi kegegeran yang luar biasa yang akan saya buat, hahaha.. kenakalan
ini menjadi cerita yang sangat menarik ketika aku ceritakan kembali kepada kawan-kawanku
eyang, hehehe..
Emmmm.. Aku ingat sekali waktu itu, engkau meninggalkan
pesan untukku, yang saat itu aku benar-benar tak paham apa itu, aku hanya
mencoba mengingat redaksi dari kalimat itu tanpa tahu artinya.
“Besok kalau besar, jadi insinyur ya biar keren kayak Bung
Karno..”
Tempatnya para calon insinyur belajar |
Aku hampir menyelesaikan studi keinsinyuranku eyang. Entahlah..
apakah ini sebuah kebetulan atau apapun itu, yang jelas tanpa aku sadari
ternyata aku memilih apa yang menjadi harapanmu saat itu, meski dulu saat
memilih aku tak ingat jika engkau berpesan demikian. Hehehe..
Pengumuman Beasiswa Fast Track |
Angga Fauzian = Angga yang Beruntung :) |
Eyaaang.. meski tak tersampaikan, aku ingin berkata. Bahwa aku
bisa melampaui apa yang eyang harapkan. Aku mendapat kesempatan untuk belajar
lebih tinggi lagi. Aku mendapat beasiswa untuk mendapatkan gelar magister,
lebih tinggi dari insinyur ini eyang. Jadi aku bisa lebih keren dari Bung Karno
dong?? Hehehe..
Atas segala cerita dan pelajaran, aku mengucapkan banyak
terimakasih. Karena semua itu telah membentuk sebuah acuan didalam diriku tentang
bagaimana aku harus memilih, bersikap, dan bertindak. Jika engkau ada hari
ini, pasti akan ada banyak cerita yang aku critakan.
Angga Kecil dan Eyang |
Semoga selalu tenang dalam lindungan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar