Rasanya
sudah lama sekali aku tidak melakukan ritual seperti ini. Belajar dari seorang
Abi yang luar biasa, yang banyak memberikan pelajaran dan tauladan kepadaku
secara pribadi. Disiplin, kharisma, arti
sebuah amanah, bagaimana seharusnya menjadi seorang pemimpin, dan banyak hal
lainnya. Aku tak pernah lupa kata-katanya pagi itu saat dia sedang mengajar
ba’da solat subuh.
“Abi
memahami, kalian aktif dimana-mana, harus tidur malam dan kelelahan hingga
kalian terkantuk-kantuk saat mengaji. Buat Abi itu tak menjadi masalah, satu
hal yang harus kalian sadari adalah kalian paham alasan kenapa kalian harus
duduk bersama disini.”
Usai salat
magrib, ditemani derik gerimis yang terus turun membasahi bumi, aku duduk di
sudut ruangan menundukan kepala. Perlahan aku menutup mata dan memulai ritual
ini. Aku membukanya dengan ucapan syukur kepada Zat yang agung dan salam kepada
suri tauladan terbaik yang tak pernah tergantikan. Ku ucapkan terimakasih
kepada raga ini yang bertahun-tahun menemani perjalanan hidupku, ku sapa
sahabat-sahabatku yang begitu baik dan telah memberikan banyak bantuan, dan tak
lupa ku sapa juga alam raya ini yang
telah mengizinkanku menempatinya, mengambil banyak pelajaran dan manfaat.
Perlahan aku
memasuki dimensi yang tak terbatas. Ditempat itu aku memohon izin kepada Rabb
yang Esa untuk mengalirkan nur-Nya sebagai penerang jalan-jalan yang gelap. Aku
merasakannya, perlahan ia mengalir merasuk kedalam dada dan menyebar keseluruh
tubuh. Terasa sangat hangat dan mendamaikan. Secara bertahap, tempat itu
menjadi terang dan semakin terang.
Rindu
sekali, rasanya lama sekali aku tak berjumpa.
“Apa kabar kawan..?”, aku menyapa.
Sebuah ruang kecil yang terletak dibagian dalam diriku yang sangat
menentukan siapa aku. Terlihat sedikit berantakan dan berdebu. Sedikit demi
sedikit, selapis demi selapis hingga lapisan terdalam yang bisa ku tembus,
kurapikan dan kubersihkan semampu aku bisa melakukannya dengan kalimat-kalimat-Mu
yang agung sebatas yang bisa aku pahami.
Pekerjaan ini terasa begitu menyenangkan, karena semakin larut, semakin membuat
hati merasa tenang dan ringan tanpa beban.
Seperti
biasanya, setelah menyelesaikan pekerjaan itu, aku tak langsung beranjak pergi,
namun duduk sejenak diruangan itu. Melihat sekelilingnya yang terlihat menjadi
lebih rapih dan lebih bersih dari sebelumnya.
Dengan nada
lirih, aku mencoba menghubungi-Mu dan bercakap.
Ya Allah.. aku
sudah sampai pada hari ini. Dengan segala ketidaksempurnaan ini aku memohon
ampun atas segala salah. Aku berusaha menemukan jalan terbaik menuju
ketempat-Mu, meski aku tak pernah tau apakah sejauh ini aku berada dijalur yang
benar. Kebenaran dan kesalahan adalah milik-Mu, aku hanya bisa memilih jalan
sesuai dengan pemahaman yang bisa aku pahami. Jika jalan yang kupilih adalah
jalan yang tepat, maka itu adalah kehandak-Mu. Namun jika ternyata aku
tersasat, yang aku tau, aku hanya berusaha untuk mendekat.
Dimanapun
Engkau menempatkanku, aku ridho dengan semua itu. Kemuliaan ataukah kehinaan
yang aku dapat, Engkau adalah seadil-adilnya hakim. Dan aku hanyalah manusia biasa
yang tak banyak mengerti, yang membutuhkan bimbingan-Mu untuk melangkah kedepan.
Ya Allah.. aku berserah diri pada-Mu atas segala hal yang aku terima.
Aku berjalan
dari tempat itu dan beranjak pergi dengan menitipkan salam kepada semua yang
ada. Perlahan aku menegakan kepala dan membuka mata. Ku tarik nafas secara
dalam dan ku hembuskan dengan berucap syukur.
Bismillahirrohmanirrohim..
Mari melanjutkan perjalanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar